28.8 C
Jakarta
Friday, May 9, 2025
spot_img
More

    Latest Posts

    Sosok Kardinal Ignatius Suharyo, Calon Paus Vatikan Baru dari Indonesia Yang Mengikuti Conclave Pemilihan Paus di Vatikan 7 Mei

    AktualPost.com – Setelah wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April 2025, Gereja Katolik memulai proses pemilihan pemimpin baru melalui konklaf kepausan. Konklaf ini dijadwalkan dimulai pada 7 Mei 2025 di Kapel Sistina, Vatikan, dengan partisipasi 135 kardinal dari berbagai negara yang berusia di bawah 80 tahun.

    Proses konklaf dilakukan secara tertutup dan penuh kerahasiaan. Para kardinal akan tinggal di Vatikan tanpa akses ke dunia luar, termasuk larangan menggunakan ponsel, internet, televisi, dan surat kabar. Mereka akan melaksanakan pemungutan suara hingga empat kali sehari, dua di pagi hari dan dua di sore hari, hingga seorang kandidat memperoleh dua pertiga suara untuk terpilih sebagai Paus.

    Setelah pemilihan, hasil setiap putaran pemungutan suara dibakar. Asap hitam dari cerobong Kapel Sistina menandakan belum ada keputusan, sementara asap putih menandakan Paus baru telah terpilih. Pengumuman resmi akan disampaikan dari balkon Basilika Santo Petrus dengan kata-kata “Habemus Papam”, yang berarti “Kami memiliki seorang Paus”, diikuti dengan penampilan dan berkat pertama dari Paus terpilih kepada umat.

    Tahun 2025 ini, Indonesia mengirimkan satu perwakilannya yang akan dijadwalkan terbang ke Vatikan dari Yogyakarta pada pemilihan {ais baru melalui Konklaf pada 7 Mei mendatang.

    Siapa sosoknya? Simak ulasan dari AktualPost.com di bawah ini.

    Sosok Calon Paus dari Indonesia

    Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo, lahir pada 9 Juli 1950 di Sedayu, Bantul, Yogyakarta, merupakan tokoh penting dalam Gereja Katolik Indonesia. Sebagai anak ketujuh dari sepuluh bersaudara, ia berasal dari keluarga yang religius; salah satu saudaranya menjadi biarawan, dan dua saudara perempuannya menjadi biarawati.

    Sejak usia 11 tahun, Suharyo memasuki Seminari Menengah Mertoyudan di Magelang. Ia melanjutkan studi filsafat dan teologi di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, dan kemudian meraih gelar doktor dalam bidang teologi biblika dari Pontifical Urban University di Roma pada 1981.

    Ditahbiskan sebagai imam pada 26 Januari 1976, Suharyo mengawali pelayanannya sebagai pengajar dan formator di seminari. Pada 21 April 1997, ia diangkat menjadi Uskup Agung Semarang oleh Paus Yohanes Paulus II. Kemudian, pada 28 Juni 2010, ia ditunjuk sebagai Uskup Agung Jakarta, menggantikan Kardinal Julius Darmaatmadja.

    Pada 5 Oktober 2019, Paus Fransiskus mengangkatnya sebagai kardinal, menjadikannya kardinal ketiga dari Indonesia setelah Mgr Justinus Darmojuwono dan Mgr Julius Darmaatmadja. Sebagai kardinal, Suharyo memiliki hak untuk berpartisipasi dalam konklaf pemilihan Paus baru, selama usianya belum mencapai 80 tahun.

    Dalam wawancaranya, Suharyo menyatakan bahwa menjadi Paus bukanlah ambisinya. Ia menekankan bahwa jabatan Paus bukanlah jenjang karier, melainkan panggilan pelayanan yang penuh tanggung jawab.

    Sebagai perwakilan Indonesia dalam konklaf 2025, Suharyo membawa harapan dan doa umat Katolik Indonesia dalam proses pemilihan pemimpin Gereja Katolik yang baru.

    Conclave berlangsung 15-20 hari

    Dalam konklaf ini, sejumlah nama disebut-sebut sebagai kandidat kuat pengganti Paus Fransiskus, termasuk Kardinal Pietro Parolin dari Italia, Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina, Kardinal Peter Turkson dari Ghana, dan Kardinal Fridolin Ambongo dari Kongo. Namun, sejarah menunjukkan bahwa hasil konklaf sering kali tidak terduga, sebagaimana terpilihnya Paus Fransiskus pada 2013 yang sebelumnya tidak masuk dalam daftar kandidat kuat.

    Menariknya, konklaf tahun ini mencerminkan perubahan demografis dalam Gereja Katolik, dengan mayoritas kardinal pemilih berasal dari negara-negara berkembang di Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Hal ini mencerminkan upaya Paus Fransiskus selama masa kepemimpinannya untuk menjadikan Gereja lebih inklusif dan representatif secara global.

    Proses konklaf akan berlangsung secara tertutup di Kapel Sistina, di mana para kardinal akan mengadakan pemungutan suara hingga terpilihnya Paus baru dengan dukungan dua pertiga suara. Setiap sesi pemungutan suara diakhiri dengan pembakaran surat suara, yang asapnya—hitam atau putih—menjadi tanda bagi dunia luar mengenai hasil pemilihan.

    Dengan dimulainya konklaf pada 7 Mei, umat Katolik di seluruh dunia menantikan siapa yang akan terpilih sebagai pemimpin baru Gereja Katolik Roma.

    Latest Posts

    spot_imgspot_img

    Don't Miss

    Stay in touch

    To be updated with all the latest news, offers and special announcements.