AktualPost.com – “No Other Land” baru saja meraih penghargaan Best Documentary Feature Film di Piala Oscar 2025, dengan mengangkat kisah penghancuran yang terjadi di Tepi Barat yang diduduki oleh tentara Israel. Film dokumenter ini merupakan hasil kolaborasi antara aktivis dan jurnalis Palestina dan Israel, yaitu Basel Adra, Hamdan Ballal, Yuval Abraham, dan Rachel Szor.
Sinopsis “No Other Land”
Film ini memberikan pandangan yang tegas dan mendalam mengenai kehidupan di bawah pendudukan militer Israel. Basel Adra, seorang jurnalis, pengacara, sekaligus aktivis Palestina, telah mendokumentasikan pengusiran serta penghancuran komunitasnya di desa kecil Masafer Yatta, yang terletak di Tepi Barat selatan. Pengalaman masa kecil Adra dipenuhi dengan kenangan akan tentara Israel yang merobohkan rumahnya, menyaksikan ayahnya, Nasser, seorang aktivis Palestina, ditangkap, serta kondisi pendudukan militer Israel yang tak berkesudahan, diikuti dengan kekerasan yang dilakukan oleh pemukim ilegal.
Sejak kecil, Adra telah menggunakan kameranya untuk mendokumentasikan realitas pahit yang dihadapi oleh komunitasnya: pemindahan paksa yang terus berlangsung, buldoser yang menghancurkan rumah-rumah penduduk, serta kekerasan yang tak terelakkan akibat pendudukan tersebut. “No Other Land” mengangkat kisah ini jauh sebelum peristiwa 7 Oktober 2023, ketika dunia hanya sedikit memperhatikan kondisi di wilayah tersebut.
Dalam perjalanan panjangnya untuk mempertahankan keberadaan desa pegunungannya, Adra menjalin persahabatan yang tak terduga dengan Yuval Abraham, seorang jurnalis Israel. Bersama-sama, mereka berusaha melawan penggusuran dan penindasan yang terjadi. Meskipun hubungan keduanya bukanlah sebuah hubungan yang setara—dengan Adra yang hidup di bawah pendudukan dan kekerasan terus menerus, sementara Abraham menikmati kebebasan bergerak—kolaborasi mereka menjadi simbol dari perlawanan yang saling melengkapi, meski berasal dari latar belakang yang sangat berbeda.

Dampak dari pendudukan Israel terhadap komunitas Palestina
Film ini tidak hanya menunjukkan dampak dari pendudukan Israel terhadap komunitas Palestina, tetapi juga menggambarkan kompleksitas hubungan antara individu yang berasal dari dua sisi konflik yang berseberangan. Sebuah kisah yang mendalam dan penuh emosi, yang mengingatkan kita akan pentingnya memperjuangkan keadilan, kebebasan, dan hak asasi manusia.
Dengan visual yang kuat dan narasi yang mengharukan, “No Other Land” membawa penonton untuk menyaksikan kenyataan yang sering kali diabaikan oleh dunia internasional. Sebuah karya yang tidak hanya memberi wawasan tentang kehidupan di bawah pendudukan, tetapi juga memberikan pesan yang lebih besar tentang perlawanan, persahabatan, dan keberanian di tengah ketidakadilan.
Film ini menjadi pengingat betapa pentingnya untuk terus memperjuangkan hak asasi manusia dan kebebasan, serta untuk tidak melupakan mereka yang terpinggirkan dalam konflik yang tampaknya tak berujung.
Namun, hubungan yang terjalin antara kedua tokoh ini—penuh dengan kepedulian, kemanusiaan, dan terutama solidaritas—menjadi inti dari karya ini. Melalui solidaritas, mereka menunjukkan bahwa penghalang apapun, bahkan yang terjadi selama pendudukan, dapat dihancurkan.

Kolaborasi kolektif aktivis Palestina-Israel
“No Other Land” adalah hasil dari kolaborasi antara kolektif aktivis Palestina-Israel, yang terdiri dari Basel Adra, Yuval Abraham, Rachel Szor, dan Hamdan Ballal. Film ini diproduksi di tengah tekanan ekstrem dan tantangan produksi yang sangat berat.
Pencapaian film ini tidak hanya diakui di Academy Awards, tetapi juga mendapat apresiasi di berbagai ajang penghargaan dan festival film internasional. Di antaranya, Panorama Audience Award for Best Documentary Film dan Berlinale Documentary Film Award di Berlin International Film Festival 2024, Busan Cinephile Award di BIFF 2024, serta penghargaan European Documentary Film Awards 2024.
Dalam pidato kemenangan mereka, Basel Adra, sutradara dari “No Other Land”, menyuarakan penderitaan yang dialami oleh warga Palestina, yang masih ditindas oleh Israel hingga saat ini.
Adra menyatakan, “No Other Land mencerminkan kenyataan pahit yang telah kami alami selama puluhan tahun, dan yang masih terus berlanjut. Kami berseru kepada dunia untuk menghentikan ketidakadilan dan pembersihan etnis yang terjadi di Palestina.”
Yuval Abraham, jurnalis investigasi asal Israel yang juga berperan sebagai sutradara dalam film ini, turut mengungkapkan pandangannya dalam pidato yang sama. Ia menekankan pentingnya seluruh negara untuk bersatu dalam upaya menghentikan kehancuran yang terjadi di Gaza.
Abraham juga menyoroti kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang dianggapnya tidak cukup tegas dalam menghentikan serangan Israel. “Kebijakan luar negeri negara ini malah menghalangi jalan menuju kebebasan. Mengapa? Tak bisakah kita menyadari bahwa kita semua saling terhubung? Ada cara lain untuk menyelesaikan ini. Masih belum terlambat untuk mereka yang masih hidup,” ujarnya.
Meski telah meraih berbagai penghargaan internasional, hingga saat ini, “No Other Land” belum tersedia di layanan streaming legal manapun di Indonesia.
Trailer No Other Land
Anda bisa melihat Trailer Film No Other Land di https://filmyzilla.com.pr/watch-full-official-trailer-no-other-land-2025/