AktualPost.com – Bicara soal Yogyakarta, rasanya nggak bakal habis-habis. Kota ini bukan cuma terkenal dengan Malioboro, Candi Borobudur, atau Pantai Parangtritis-nya, tapi juga deretan kuliner unik yang siap menggoyang lidah dan… bikin orang penasaran.
Salah satu jajanan yang belakangan ramai dibicarakan di dunia maya adalah kue “kontol kejepit”, kudapan tradisional asal Bantul, Yogyakarta. Namanya memang terdengar “vulgar”, tapi siapa sangka, kue ini justru punya sejarah panjang dan rasa yang bikin nagih.
Asal-Usul Nama yang Bikin Salah Fokus
Buat yang baru dengar, nama kontol kejepit mungkin langsung bikin dahi berkerut. Kalau diterjemahkan secara harfiah, ya… kamu pasti tahu maksudnya. Tapi tenang dulu, ternyata nama ini ada ceritanya!
Awalnya, kue ini dikenal dengan nama “adrem”. Karena pelafalannya cukup susah bagi sebagian orang, seiring waktu masyarakat mulai menyebutnya dengan nama yang lebih nyeleneh — kontol kejepit atau disingkat tolpit.
Bentuknya yang bulat lonjong dan sedikit terjepit di bagian tengah memang mirip dengan “sesuatu”, jadi masyarakat zaman dulu menamai sesuai imajinasinya. Bahkan, sebagian orang menyebutnya juga sebagai kue ‘mana tahan’, menggambarkan rasa geli sekaligus lucu mendengar namanya.
Sudah Ada Sejak Zaman Mataram Kuno
Siapa sangka, jajanan yang namanya bikin senyum-senyum ini ternyata sudah eksis sejak era Mataram kuno!
Dalam catatan budaya Jawa, kue tolpit bahkan sempat disebut di naskah legendaris Serat Centhini pada abad ke-18.
Kue ini sempat sangat populer di era 1980–1990-an dan menjadi camilan wajib di pasar-pasar Bantul. Tapi seiring menjamurnya jajanan modern, keberadaannya mulai jarang ditemui. Meski begitu, kue ini masih bisa kamu cari di pasar tradisional seperti Pasar Sanden, Pasar Celep Srigading, Pasar Bantul, dan Kotagede.
Harganya pun ramah di kantong. Satu biji tolpit dijual sekitar Rp1.000, sedangkan setengah lusin bisa kamu bawa pulang dengan harga Rp5.000–Rp6.000 aja.

Camilan Sederhana dengan Filosofi Dalam
Meski namanya terkesan lucu dan “nyeleneh”, kue ini punya makna budaya yang cukup dalam. Ia jadi simbol kreativitas dan kearifan masyarakat lokal Bantul yang mampu menciptakan identitas dari sesuatu yang sederhana.
Lebih dari sekadar camilan manis, tolpit jadi bagian dari warisan kuliner tradisional yang merepresentasikan semangat masyarakat Bantul menjaga budaya leluhur.
Begini Cara Pembuatannya
Proses membuat kue tolpit tergolong unik. Adonan tepung beras, kelapa parut, dan gula dimasukkan ke minyak panas, lalu dijepit menggunakan tiga batang sumpit agar bentuknya melengkung khas. Dari proses penjepitan inilah nama “kejepit” itu muncul.
Ada dua versi tekstur tolpit:
- Versi encer, dengan perbandingan 1 kg tepung beras, 1 kg gula, dan 1 kelapa.
- Versi padat, menggunakan 1 kg tepung, 8 ons gula, dan seperempat kelapa.
Untuk warna, biasanya digunakan gula Jawa agar cokelat pekat alami, tapi beberapa penjual juga menambahkan pewarna dari bahan alami agar tampil lebih menarik.
Rasanya? Jangan Nilai dari Namanya Dulu
Kalau kamu belum pernah coba, mungkin nama kue ini bikin mikir dua kali. Tapi setelah gigitan pertama, dijamin berubah pikiran!
Teksturnya padat tapi kenyal, rasanya manis legit dengan aroma kelapa yang khas. Cocok banget buat teman minum teh atau kopi sore hari.
Warisan Kuliner yang Perlu Dilestarikan
Di balik nama yang bikin ngakak, kontol kejepit atau tolpit justru menunjukkan bagaimana masyarakat Yogyakarta menjaga warisan kuliner leluhur dengan caranya sendiri — apa adanya, jujur, dan penuh karakter.
Buat kamu yang lagi liburan ke Yogyakarta, sempatkan mampir ke pasar tradisional di Bantul dan cari jajanan ini. Karena siapa tahu, kue kecil berwarna cokelat ini justru bisa bikin kamu jatuh cinta pada sisi unik kuliner Jogja.

