AktualPost.com – Setiap tanggal 8 September, dunia merayakan Hari Literasi Internasional atau yang di Indonesia lebih akrab disebut Hari Literasi Nasional. Momen ini bukan sekadar peringatan seremonial, tapi jadi pengingat bersama betapa pentingnya literasi dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi sebagian orang, literasi mungkin hanya soal membaca dan menulis. Tapi sebenarnya, maknanya jauh lebih luas: literasi adalah kunci membuka wawasan, memberdayakan masyarakat, hingga menciptakan peradaban yang lebih maju.
Sejarah Hari Literasi Internasional
Hari Literasi Internasional pertama kali dideklarasikan UNESCO pada tahun 1966, setelah sebelumnya digodok dalam konferensi besar bertajuk World Conference of Ministers of Education on the Eradication of Illiteracy di Teheran, Iran (1965). Setahun kemudian, tepatnya 1967, dunia untuk pertama kalinya memperingati International Literacy Day.
Sejak saat itu, berbagai negara termasuk Indonesia rutin ikut serta. Agenda ini bahkan semakin diperkuat dalam konferensi dunia Education for All di Jomtien, Thailand (1990), hingga akhirnya masuk ke dalam target Sustainable Development Goals (SDGs) pada 2015.
Menariknya, sejak 2017, Hari Literasi mulai menyoroti isu literasi digital. Ya, seiring derasnya arus teknologi, kemampuan memahami, menyaring, dan menggunakan informasi di dunia digital menjadi sama pentingnya dengan sekadar bisa membaca buku.
Tema 2025: Literasi di Era Digital
Untuk tahun ini, UNESCO mengangkat tema “Promoting Literacy in the Digital Era” atau dalam bahasa Indonesia: Mempromosikan literasi di era digital.
Tema ini mengajak kita merenungkan ulang: apa sebenarnya arti literasi di zaman serba online ini? Bagaimana cara pengajaran, pembelajaran, serta kebijakan literasi bisa menyesuaikan dengan transformasi digital?
UNESCO juga mengingatkan, meski digitalisasi membuka peluang belajar lebih luas, terutama bagi kelompok terpinggirkan, ada risiko baru: mereka yang belum melek huruf bisa makin tersisih – tak hanya dari literasi tradisional, tapi juga dari manfaat dunia digital.
Selain itu, isu lain ikut mencuat, mulai dari privasi data, pengawasan digital, bias algoritma, hingga bahaya konsumsi informasi pasif yang berlebihan.
Cara Kita Bisa Ikut Merayakan
Hari Literasi Internasional tidak harus dirayakan dengan seremoni megah. Ada banyak cara sederhana yang bisa kita lakukan, antara lain:
- Membaca buku – baik fiksi atau nonfiksi, untuk memperkaya wawasan.
- Ikut kampanye literasi lokal – dari komunitas baca sampai kelas menulis.
- Jadi relawan di organisasi pendidikan dan literasi, terutama untuk masyarakat yang masih kesulitan akses belajar.
- Mengajak orang sekitar membaca – bisa anak, saudara, atau bahkan teman kerja.
Dengan langkah-langkah sederhana itu, kita bukan hanya ikut merayakan Hari Literasi, tapi juga membantu menciptakan masyarakat yang lebih cerdas, kritis, dan berdaya.
Selamat Hari Literasi Internasional 2025!
Momen ini mengingatkan kita bahwa literasi bukan cuma tentang buku, tapi tentang kemampuan memahami dunia – baik lewat kata-kata, data, maupun layar digital. Mari rayakan dengan cara kita masing-masing, dan terus hidupkan semangat belajar sepanjang hayat.

